Komoditi pertanian pada umumnya dihasilkan sebagai bahan mentah dan mudah rusak, sehingga perlu langsung dikonsumsi atau diolah terlebih dahulu. Proses pengolahan ini dapat meningkatkan guna bentuk komoditi-komoditi pertanian. Dalam menciptakan guna bentuk ini dibutuhkan biaya pengolahanKesediaan konsumen membayar harga output agroindustri pada harga yang relatif tinggi merupakan insentif bagi perusahaan-perusahaan pengolahan untuk menghasilkan output agroindustri. Salah satu konsep yang sering digunakan untuk membahas pengolahan hasil pertanian ini adalah nilai tambah.
Usaha-usaha pengembangan pertanian yang mengarah pada kegiatan agroindustri pertanian yaitu pengolahan hasil pertanian menjadi bahan makanan meliputi usaha yang mengolah bahan baku pertanian menjadi komoditi yang secara ekonomis memberikan nilai tambah yang cukup tinggi seperti pengolahan ubi jalar menjadi bakpao telo misalnya. Bakpao telo merupakan suatu bentuk pengolahan dari ubi jalar yang diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah ubi jalar.
Untuk meningkatkan konsumsi ubi jalar di Indonesia, penganekaragaman pengolahan ubi jalar kiranya masih perlu ditingkatkan. Home industri “LESTARI” adalah salah satu usaha agroindustri yang bergerak dalam pengolahan ubi jalar menjadi bakpao telo, dimana hasil pengolahan tersebut diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah dari ubi jalar itu sendiri dan menunjukkan bahwa industri pengolahan ubi jalar tersebut layak untuk diusahakan.
Permasalahan penelitian ini antara lain apakah pengembangan agroindustri bakpao telo di Home Industri “Lestari” sudah layak secara finansial, dan seberapa besar nilai tambah yang tercipta dari pengolahan ubi jalar menjadi bakpao telo.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan bakpao telo, mengetahui besarnya nilai tambah yang tercipta dari pengolahan ubi jalar menjadi bakpao telo, dan mengetahui kelayakan usaha bakpao telo.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja, yaitu di home industri “Lestari” .... Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode wawancara, observasi, kuisioner, dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari perpustakaan dan instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini serta hasil penelitian terdahulu.
Metode analisa data yang digunakan adalah analisa kuantitatif yang meliputi analisa biaya dan pendapatan, analisa efisiensi usaha, analisa nilai tambah, dan analisa kelayakan usaha.
Dari penerimaan selama 1 bulan (Rp. 14.400.000,-) dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan selama 24x proses produksi (Rp.5.783.083,-) maka akan didapatkan keuntungan usaha sebesar Rp. 8.616.917,-. Dilihat dari skala industri yang tergolong industri rumah tangga (kecil), maka dapat dikatakan bahwa usaha bakpao telo “Lestari” sangat menguntungkan.
Hasil perbandingan total revenue dan total cost ( R/C Ratio ) sebesar 2,59 ( >1), yang berarti bahwa usaha pembuatan bakpau telo “Lestari” efisien.
Nilai tambah yang tercipta pada pengolahan ubi jalar menjadi bakapo telo adalah sebesar Rp. 3.051, dengan imbalan tenaga kerja Rp. 1.358,- dan keuntungan sebesar Rp. 1.693,- dalam tiap satu kali proses produksi.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha di home industri “Lestari” selama 23 triwulan menunjukkan bahwa usaha pengolahan bakpao telo layak untuk dikembangkan, hal ini dibuktikan dengan nilai NPV sebesar Rp. 251.256.483, IRR 32,008%, dan Net B/C Ratio 5,6 pada suku tingkat bunga 17% dan waktu pengembalian biaya investasi pada triwulan ke-2.
Dengan demikian, dilihat dari seluruh hasil analisis data dapat dikatakan bahwa home industri “Lestari” layak untuk tetap dikembangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar