Minyak atsiri hanya sebagaian kecil minyak nilam yang digunakan didalam negeri. Sebagaian besar justru diekspor ke mancanegara. Selama ini, minyak nilam Indonesia banyak di ekspor ke singapura, perancis, spanyol dan belanda. Minyak tersebut biasanya digunakan sebagai bahan pengikat (fiksatif) dalam industri parfum dan kosmetika.Tujuan dari penelitian ini adalah :1. Mengetahui besarnya margin harga pada saluran pemasaran nilam. 2. Mengetahui besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pe-nyulingan minyak nilam Metode Pengambilan Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan pemilik penyulingan nilam yang meliputi, sejarah berdirinya usaha tersebut. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur atau instansi yang terkait dalam penelitian ini
Metode analisis yang digunakan yaitu analisis margin pemsaran untuk mengetahui kontribusi harga yang diterima petani dari pedagang dan pengecer, serta analisa nilai tambah dan analisa keuntungan. Besarnya nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari pengolahan biaya bahan baku (nilam) ditambah input lainnya terhadap produksi yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja..
Berdasarkan hasil penelitian dari saluran pemasaran nilam dan penyulingan nilam maka dapat disimpulan sebagai berikut: Besarnya marjin pemasaran nilam untuk saluran (petani, tengkulak sampai penyuling) adalah sebesar Rp.200,00 per Kg. Distribusi ini merupakan dstribusi terbesar yang di miliki oleh tengkulak. Selisih keuntungan untuk penjualan nilam dari petani langsung ke penyuling dan dari petani ke tengkulak adalah sebesar Rp. 140,00 per Kg. Dalam hal ini berarti petani lebih untung menjual hasil nilamnya langsung kepabrik dari pada menjual nilam ketengkulak. Hal yang mempengaruhi rantai distribusi pemasaran pendek adalah di karenakan nilam tidak dikonsumsi oleh semua orang seperti makanan olahan tapi hanya dibutuhkan oleh penyuling saja.
Penyulingan nilam untuk minyak atsiri warna kuning kehijauan, mampu menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 612,00 Per Kg dengan keuntungan sebesar Rp. 506,00 Per Kg. Dan untuk minyak atsiri warna kuning kecoklatan, mampu menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 330,00 Per Kg dengan keuntungan sebesar Rp. 230,00 Per Kg. Usaha penyulingan nilam menjadi minyak atsiri untuk saat ini masih memberikan nilai tambah yang sangat kecil. Hal ini dikarenakan biaya bahan baku tinggi, Biaya produksi tinggi, dan harga jual minyak atsiri relatif rendah. Rasio nilai tambah untuk minyak atsiri warana kuning kehijauan adalah 9,73 % dan untuk warna kunig kecoklatan adalah 5,12 %. Berarti rasio yang terbesar di miliki oleh bapak Paniran yang meghasilkan minyak kuning kehijauan, hal ini di sebabkan kwalitas yang di hasilkan lebih bagus karena menggunakan mesin suling yang berbahan dari stinlies serta dipengaruhi oleh tenaga kerja yang lebih efektif dibanding dengan penyulingan milik bapak Damis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar